
Pembahasan kali ini berawal dari beberapa kejadian yang aku alami dan aku dengar atas keluhan-keluhan dari orang-orang disekitarku. Tapi tak menutup kemungkinan kalian yang baca tulisan ini, dan aku, juga pernah mengalaminya atau bahkan menjadi pelakunya. Perilaku ini memang tidak asing dilingkungan kita. Bahkan mungkin hal ini bisa dikatakan "tak menjadi masalah" jika kita menggunakannya, sebab kita terbiasa akan hal ini.
Hal ini adalah membandingkan.
Membandingkan dalam hal apa? Pasti yang ada dibenak kalian kali ini "oh pasti, masalah orang tua yang membandingkan anaknya dengan anak orang lain, oh pasti membandingkan kesuksesan anak dengan kesuksesan orang lain", hmmm,,,
BUKAN.
Kali ini kita bakalan mengulik akan hal dimana kita ditegur orang lain namun kita membalas teguran itu dengan membandingkan orang lain. Emm,,, mungkin kalian masih bertanya-tanya akan hal ini, atau bahkan belum ada gambaran dibenak kalian.
Ok, aku akan langsung lanjutkan dengan contoh, agar lebih mudah diterima.
Semisal seorang berinisial X melakukan hal yang kurang pantas dilakukan di ruang publik. Kemudian datanglah seseorang anggap saja Y, dan berkata "Eh maaf,, yg kamu (X) lakukan di sini kurang baik, bagaimana kalau jangan lakukan itu disini". Lantas X menjawab, "Lah ya ngga apa-apakan, dia (pihak lain) aja melakukan hal yang sama tidak apa-apa, kenapa saya tidak boleh?"
Katakanlah kejadiannya, garis besarnya seperti itu. Nah pasti kalian langsung teringat bahwa kalian pernah mendengar akan hal itu atau bahkan melakukannya. Serta pasti kalian rasakan jikalau menggunakan jawaban seperti itu, kita akan memenangkan argumen kita, dan si penegur akan terdiam.
Adanya hal itu, yang mana sering kali terlintas di kehidupanku, terbesitlah di pikiran dan hatiku, "kok ini jadi gini ya?" "kalau semua orang begitu, ngga ada orang yang semakin baik dong?", "bisa-bisa malah cuma menjadikan sebuah perdebatan".
Aku berfikir jikalau sebuah teguran terus menerus dihantam dengan jawaban pembanding, hidup kita akan seperti ini, tanpa adanya perubahan yang lebih baik, atau bahkan bisa menjadi lebih buruk.
Coba kita bayangkan jikalau hal ini terus terjadi dan orang lain lantas tidak ada yang mau menegur kekurang pantasan seseorang, apa yang akan terjadi? Apatis? Itu baru salah satunya,, yang lain?
Terakhir, Pesanku kali ini, yuk kita rubah kebiasaan kita, cukup ketika kita mendapatkan teguran responlah ke hal-hal positif, tak perlu menggunakan pembanding agar kita menang dalam berargumen.
Terlepas dari semua hal ini, tulisan ini hanyalah sebuah opini penulis semata akan kerisauan diri, Memang baik buruk itu tergantung sudut pandang, sama seperti yang pernah aku kupas dalam tulisan sebelumnya. Namun tentunya ada upaya yang mesti dilakukan untuk memperbaiki diri agar lebih baik kedepannya.
Commenti